"Meramu Fikih dan Manhaj: IKMAM Mesir Hadirkan Wawasan Baru untuk Santri”
IKMAM (Ikatan Keluarga Mahasiswa Alumni MA Muallimin) Mesir, bekerja sama dengan OSIM MA Muallimin, sukses menggelar seminar bertajuk "Berfikih dan Bermanhaj" dalam rangka pra-Matsama (Masa Ta’aruf Siswa MA Muallimin). Acara ini diselenggarakan secara daring pada pukul 09.30 CLT / 14.30 WITA dan diikuti oleh puluhan santri.
Ikhwan Syahrazad
7/4/20251 min read


Kairo – IKMAM (Ikatan Keluarga Mahasiswa Alumni MA Muallimin) Mesir, bekerja sama dengan OSIM MA Muallimin, sukses menggelar seminar bertajuk "Berfikih dan Bermanhaj" dalam rangka pra-Matsama (Masa Ta’aruf Siswa MA Muallimin). Acara ini diselenggarakan secara daring pada pukul 09.30 CLT / 14.30 WITA dan diikuti oleh puluhan santri.
Seminar ini menghadirkan dua narasumber utama yang merupakan alumni MA Muallimin dan saat ini tengah menempuh studi di Universitas Al-Azhar, Kairo.
Narasumber pertama, Ustaz Imam Thabrani, membawakan tajuk “Manhaj Fikih di Tengah Pergeseran Pemikiran Islam.” Dalam pemaparannya, beliau menjelaskan bahwa manhaj merupakan metode atau jalan dalam menghasilkan hukum baru, dengan sejumlah aturan dan syarat tertentu. Sementara itu, fikih merupakan pemahaman yang dihasilkan melalui serangkaian proses ijtihad.
Lebih lanjut, Ustaz Imam juga memaparkan beberapa fenomena pergeseran pemahaman dalam berfikih, seperti menjadikan perkara sunnah sebagai wajib, dan sebaliknya.
Narasumber kedua, Ustaz Lalu Muhammad Kholis, Lc., menyampaikan materi berjudul “Fikih sebagai Jalan Hidup: Antara Teks dan Konteks.” Ia menegaskan bahwa Islam tidak hanya mengatur aspek ritual ibadah, melainkan juga mencakup syariah dan muamalah. Dalam memahami fikih, seorang muslim dituntut untuk bersikap moderat atau wasathiyah—tidak ekstrem dan juga tidak liberal.
Selain itu, beliau juga menekankan pentingnya pemahaman terhadap realitas dalam berfikih. Menurutnya, ada empat unsur yang perlu diperhatikan dalam memahami realitas, yaitu: ‘alamul asyya’ (realitas benda), ‘alamul asykhas (realitas individu), ‘alamul ahdas (realitas peristiwa), dan ‘alamul afkar (realitas pemikiran).
Menutup acara, Ikhwan selaku ketua panitia menyampaikan bahwa seminar ini diselenggarakan secara eksklusif untuk santri MA Muallimin, dengan tujuan utama untuk menumbuhkan wawasan dan memperkuat orientasi keilmuan santri dalam menjalani proses intelektual mereka di madrasah tercinta.
“Acara ini memang khusus diperuntukkan bagi santri MA Muallimin, karena kami ingin memberikan bekal wawasan yang relevan dan inspiratif bagi mereka yang sedang menapaki jalan ilmu,” ujar Ikhwan mengakhiri kegiatan.